Travelling

Mencari sisi lain Lombok di Gili Nanggu, Sudak, dan Kedis

9/08/2016setapakkecil


Air bergerak begitu tenang tanpa gelombang. Bakau bakau yang berdiri tak beraturan kini menampakkan kaki kakinya yang menancap tak beraturan juga ke dalam lumpur tipis. Kepiting kepiting kecil nampak berlarian menuju lubang persembunyian yang kini terlihat karena air yang mulai surut. Pemandangan khas pesisir pagi itu di Labuan Medang tempat dimana kami akan menyeberang menuju 3 pulau cantik.


“Pyokk… pyokkk..” bunyi air yang bercampur lumpur ketika Aku, Fajar, Bayu dan Evie berjalan di antara pepohonan bakau dengan air laut surutnya ini. Perahu tak bisa merapat terlalu dekat karena memang keadaan yang tak memungkinkan untuk bersandar.

“Diseberang yang jauh sana namanya Gili Nanggu, yang itu Gili Sudak, dan yang dekat ini namanya GIli Kedis” begitulah informasi dari sang pemilik kapal yang namanya sudah familiar di kalangan para pejalan Pulau Lombok. Beliau bernama Pak Sahar, orang asli dari Labuan medang desa kecil dimana kami memulai perjalanan hari ini. Akupun mendapatkan kontak dari dedengkot Lombok Backpacker yang menyarankan untuk memakai jasa Pak sahar karena biaya yang relatif murah.



Pulau Nanggu atau yang biasa orang Lombok bilang Gili Nanggu namanya memang tak sepopuler Gili Trawangan. Dan kebanyakan orang pasti mempunyai pemikiran jika belum datang ke Gili Trawangan itu sama saja belum datang ke Lombok.

Namun bagi kalian para pecinta tempat yang hening tak terlalu ramai dan tentunya indah 3 Gili di sebelah barah daya Lombok ini adalah pilihan tepat. Nanggu, Sudak, Kedis memberikan semua yang tak bisa dirasakan di Gili Trawangan sekalipun.

Sang Navigasi Perahu
Pak sahar sudah siap pada posisinya di buritan perahu mengendalikan kendali agar perahu menuju arah yang benar. Sedangkan di haluan depan ada Pak Salman yang bertugas juru arah agar laju perahu tak masuk ke perairan dangkal.

“Kita menuju Gili Nanggu dulu ya mas, mumpung masih pagi jadi enak jika mau snorkeling” ujar Pak Sahar

“Siappppppp” teriak kami serentak dengan rasa yang antusias melihat semua sajian yang sudah nampak di depan mata.

***

Gili Nanggu

Selamat datang di Gili Nanggu, begitulah tulisan kecil yang tertancap di sebuah kayu di dermaga. Menginjakkan kaki di pulau kecil ini aku dihinggapi rasa ketakjuban. Pasir putih halus nan bersih menyambut langkah pertama ketika seturun dari perahu. Air laut bergradasi dari hijau tosca menjadi biru pekat nan jernih. Memandang ke seberang terlihat Gili Tangkong dengan pepohonannya yang rimbun dan jauh disana nampak garis pantai sekotong dengan perbukitannya yang sangat indah.

Hanya segilintir orang yang sudah datang mendahului kami pagi itu. Kami leluasa memilih tempat untuk meletakkan barang bawaan kami yang lumayan banyak ini. Sembari duduk aku mencoba untuk mempersiapkan peralatan snorkeling yang kami sewa dari Pak Sahar.

Hanya Ada Sedikit Pengunjung

“Yukk ahh nyemplung, udah ga tahan” ujarku pada yang lain.

“Ayokkkkk …..” Fajar, Bayu dan Evie mengikutiku dari belakang dan segera masuk ke dalam lautan berwarna biru.

Tapi kali ini realita tak sesuai dengan Ekspektasi awal.

Jarak pandang di bawah air sangat terbatas dan cenderung keruh. Kenapa bisa seperti ini? Mungkin gara gara arus atau bisa jadi sehabis hujan tadi pagi mengangkat lumpur dari bawah pikirku untuk menghibur diri.

Aku mencoba untuk berenang menjauh dari bibir pantai, namun saja… air keruh. Memicingkan mata dibalik snorkel aku melihat banyak ikan dibawah sana, namun karena jarak pandang terbatas membuyarkan semua keindahannya.

Bibir Pantai Tempat Snorkeling
Kecewa pasti ada namun beginilah alam kadang memberikan kita kado terbaik terkadang juga memberikan sesuatu yang mungkin agak susah untuk kita terima. Aku akhiri saja berenang di spot ini dan segera keluar menuju bibir pantai kembali.

 “Pak.. kok keruh ya air disini?” tanyaku pada seorang penjaga pantai yang sedang berjaga.

“Iya mas, arusnya kencang dan tadi pagi habis hujan… biasanya jernih sekali”

“Coba ke sebelah sana mas mungkin agak jernih karena terlindung dari arus” ujar Pak penjaga pantai lagi.

Jarak Pandang Kurang Begitu Baik
Dan di spot kedua ini air juga tampak keruh namun masih mending daripada yang pertama tadi. Aku coba untuk berenang lebih kedalam, dan air semakin jernih namun tetap seperti banyak debu di dalamnya. Di kedalaman sekitar 1,5 meter banyak karang yang mati dan patah namun semakin dalam semakin indah terjaga habitat karangnya.


Di beberapa titik terdapat anemon laut dan sekumpulan Ikan Badut atau nemo yang sedang berlindung. Juga banyak ikan kecil kecil berkeliaran diantara karang karang. Namun disini arus sedikit lebih kencang jadi kita harus sedikit berhati hati.


Gili Sudak

5 menit saja naik perahu dari Gili Nanggu penampakan Gili Sudak sudah di depan mata. Garis pantainya nampak datar dengan arusnya yang tenang. Pohon kelapa nampak berderet melambai lambai mengundang kita untuk singgah.

“Kita turun dulu ya, silahkan santai santai dulu… disana juga bisa pesan makanan kok mas” ujar Pak Sahar.

Keindahan Gili Sudak
Kami pun turun tepat di sebuah halaman resort yang ada di Gili Sudak ini yang belakangan ini aku ketahui bernama Nirvana Resort. Sekilas tampak beberapa rumah pondokan yang langsung menghadap ke laut. Di ujung bibir pantai yang landau tersebar kursi malas yang tampak sangat menggoda bagi kami yang lumayan kelelahan berenang di Gili Nanggu.

Okelah kami duduk saja sambil melihat daftar menu yang ada dan juga harga yang tertera. Ditempat seperti memang harga sedikit mahal tapi masih rasional. Kamipun memesan beberapa ikan bakar dan sop ikan.

Makan siang kami ditemani oleh keindahan alam
Di meja yang tepat di bibir pantai ini kami bersantai sambil menikmati keindahan alam. Tak berapa lama pesanan kami pun datang, seperti biasa sebelum disantap ritual pemotretan harus dilakukan. Apalagi dengan background seindah ini bukan. Dan betapa nikmatnya makan siang kala itu sungguh tiada duanya.


Gili Kedis

“Ayok Mas kita lanjut tujuan terakhir kita” ajak Pak Sahar kepada kami yang masih bermalas malasan di kursi malas yang begitu nyaman ini.

“Iya pakk..” dengan nada sedikit malas untuk meninggalkan kenyaman ini.

“Gili kedis cocok buat foto foto” ujar Pak Sahar lagi.

Mendengar kata itu entah kenapa aku mendadak bersemangat, segera berberes dan kembali naik ke perahu.

Berjalan cukup pelan perahu pun mendekat menuju bibir pantai Gili Kedis. Nampak dari kejauhan pulau ini hanya sehamparan pasir putih, luasnya mungkin hanya 1,5 kali lapangan basket, dan hanya ada beberapa biji pepohonan saja diatasnya.

Gili Sudak dengan pasir putihnya
Berbeda dari Gili Nanggu dan Gili Sudak, Gili Kedis memiliki keistimewaan tersendiri. Bak gardu pandang di tengah lautan, Gili sudak mempunyai pemandangan yang luar biasa. Berjalan berkeliling tak sampai 5 menit kita dapat menikmati keindahan 360 derajat.

Gili Nanggu, Tangkong, dan Sudak terlihat begitu indahnya dari sini bak 3 saudara yang sedang duduk berdampingan di tengah samudra. Berbalik ke belakang nampak garis pantai berbukit dari sisi barat Lombok bernama sekotong ini. Sungguh perpaduan yang sempurna dan bisa aku katakan jika Lombok memang tiada duanya.



Benar apa yang dikatakan Pak Sahar tadi, memang Gili Kedis adalah tempat yang sangat cocok untuk dijadikan objek foto. Luasnya sangat kecil namun disemua sudut pasti akan menghasilkan Foto yang luar biasa.

Di salah satu pohon yang berdiri tegak di tengah pulau banyak tergantung batu batu berbagai ukuran. Salah satu budaya barat yang dibawa para bule di Gili Kedis, mereka menaruh harapan dan doa di batu batu ini dan mereka gantungkan agar harapan mereka bisa terkabul suatu saat, mungkin penjelasannya seperti itu kurang lebihnya. Tak perlu ditiru namun batu batu menggantung ini menambah keunikan yang dapat ditemukan di Gili Kedis.

Batu Harapan
Nanggu, Sudak, Kedis bagaikan mutiara asli dari Lombok mereka indah, cantik, dan hening. Luasnya samudra tak mampu menutupi keindahan mereka namun menjadi lebih sempurna akan keadaannya. Dalam hati ini pun ada rasa syukur aku dapat datang di salah satu sudut keindahan yang ditawarkan Indonesia.

Semoga sampe kelak keindahan 3 Gili ini tetap terjaga, siapapun yang mengunjungi mereka memiliki rasa kesadaran untuk menjaga kelestariannya mulai dari atas tanah hingga kedalaman samudranya, Aamiin.


Catatan
  • Alat snorkeling tersedia di Labuan Medang
  • Nomer telepon Pak Sahar 0878-6114-6616
  • Datanglah pagi hari untuk dapat menikmati 3 Gili dengan sempurna
  • Jangan tinggalkan sampah dan menginjak karang karang yang ada di dasar laut.

You Might Also Like

3 komentar

  1. Keren banget viewnya, jadi pengen kesana

    ReplyDelete
    Replies
    1. 3 Gili ini memang cantik viewnya.. bisa jadi alternatif jika datang ke Lombok

      Delete
  2. pokoknya mau kesana sabtu besok ^^ thank you for share ^^

    ReplyDelete

Followers

Contact Form