Jika kalian tak dapat pergi ke Amerika untuk menikmati keindahan Grand Canyon. Tak usah bersedih, karena ada salah satu alternatif yang cukup menarik untuk menikmati replikanya yaitu Green Canyon. Sekilas tapi tak sama, karena letak geografis dan penampakan alam yang berbeda hanya menyerupai saja. Sesuai dengan namanya ini adalah sebuah aliran sungai berwarna hijau yang membelah bukit dan tebing. Pada awal mulanya tempat ini disebut “Cukang Taneuh” bahasa Sunda untuk menyebut jembatan Tanah, karena disini ada jembatan alami karena proses alam yang lebarnya 3meter terbuat dari tanah berada di atas tebing kembar di tepi sungai. Nama Green Canyon sendiri diyakini berasal dari seorang turis Perancis yang datang ke lokasi Green Canyon sekarang pada tahun 1993. Karena air yang hijau dikarenakan banyak lumut disekitar aliran sungai maka saat ini tempat tersebut populer dengan nama Green Canyon.
Perjalanan ke menuju green canyon
kali ini saya lakukan cukup berbeda. Karena pada episode kali ini jalan jalan
tipe backpacker agak dirubah menjadi backpacker kelas menengah,.hehe. karena
perjalanan bersama dengan kawan kawan kantor yang mempunyai gaya yang berbeda
dengan apa yang saya lakukan selama ini. Mulai berangkat menggunakan mobil
pribadi serta menginap di cottage itu sungguh jauh berbeda jika saya sedang
jadi “gembel”, tidur di tenda serta berangkat dengan kendaraan apa saja.
Oke tapi sekali kali juga bagus
juga gaya seperti ini. Jumat malam pun kami meluncur menuju pangandaran.
Kepadatan tol cipularang kami lalui dengan sabar, lika liku tikungan Nagrek
kami lalui dengan mulus. Jalanan hancur sebelum sampai di pangandaran pun kami
lewati dengan mantap. Tak terasa sudah hampir 9 jam kami berdiam di dalam mobil
sejuta umat ini. Sinar matahari pun mulai mengintip di cakrawala, menunjukkan
keindahan alam yang sebelumnya tersembunyi dalam gelap. Membuat mata yang
sebelumnya terlelap terbuka lebar menatap keindahan keindahan yang melintas
diantara mobil kami. Tak tersadar gerbang Kawasan wisata Pangandaran pun di
depan mata. Mas Seno, guide yang dari awal kami pesan untuk mengantarkan kami
berkeliling pun telah menunggu kami tepat di depan gerbang.
Penginapan menjadi tujuan pertama
kami. Bersih diri, sarapan dan istirahat sebentar. Penginapan yang kami pesan
jauh hari ini lumayan untuk dijadikan salah satu referensi bila berkunjung ke
pangandaran. Harga murah, dan lokasi persis di tepi pantai barat Pangandaran
menjadikan tempat penginapan ini cukup strategis.
Tak membuang banyak waktu kamipun
segera menuju ke Green Canyon. Tepatnya 30 km dari pangandaran menuju timur
dengan berkendara kurang lebih 60 menit. Tetapi cukup disayangkan akses menuju
Green Canyon ini rusak parah dan sedang dilakukan perbaikan, jadi hampir 90 %
menuju green canyon adalah jalanan rusak. Semoga hal ini menjadi perhatian
lebih untuk pemerintah kabupaten, sehingga wisatawan tidak kapok untuk
berkunjung kembali ke pangandaran.
Akhirnya kitapun sampai
dipelataran Green Canyon. Ketika tiba di pintu masuk utama dan area parkir
Green Canyon, akan terlihat banyak perahu kayu yang populer disebut
"ketinting" berbaris cantik di tepi sungai. Perahu-perahu inilah yang
akan membawa Anda ke Green Canyon dengan ongkos Rp75.000,00 per orang. Sistem
pengaturan perahu sangat terorganisir, setelah Anda membayar ongkos Anda akan
menerima nomor dan akan mendapat giliran sesuai dengan nomor yang Anda terima.
Ketinting kemudian akan membawa wisatawan menyusuri sungai, membelah hijaunya air dan perahu akan menciptakan gelombang kecil di setiap sisinya. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit. Sepanjang perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang sulit dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon, di mana airnya sangat jernih berwarna kebiru-biruan.
Green Canyon Menggunakan Perahu |
Berhubung berwisata ke Green
Canyon sudah terlalu mainstream maka kami putuskan untuk saya dan kawan kawan
saya pria mencoba bermain Body Rafting. Disini terdapat beberapa pengelola body
rafting, yang cukup terkenal adalah “Guha Bahu” yang terletak di areal parkiran
mobil.
“Note – Jika anda ingin body
rafting pergunakan operator atau pengelola yang telah terpercaya, jangan mudah
terpikat oleh tawaran pengelola homestay atau yang lainnya. Langsung saja
datang ke Green Canyon dan menuju Guha Bahu di areal parkir. Jika rencana
datang dengan banyak orang diusahakan untuk booking jauh hari.”
Tulisan diatas berdasarkan pengalaman
kami saat berkunjung, karena kami telah tertipu oleh bujuk rayu pengelola
homestay yang menjanjikan untuk body rafting tetapi kenyataannya hanya
menikmati lewat perahu.
Oke lupakan masalah itu, kamipun
lanjut ke guha bahu untuk reservasi. Sedangkan tim wanita yang terdiri dari
Mbak Rahma, Widi, Winda tetap melanjutkan menikmati dengan perahu yang telah
dipesan sebelumnya.
Setelah reservasi selesai kamipun diwajibkan untuk
melengkapi diri dengan safety equipment yang telah disediakan. Mobil pick up
pun telah siap mengantar kami di starting point. Mobil melaju melalui jalanan rusak naik turun. Tubuh kami pun terguncang guncang di atas bak pick up. Pemandangan kiri kanan sawah dan ladang penduduk menjadi obat penyejuk mata. Turun dari mobil kami
diharuskan berjalan kaki sekitar 300 m sebelum sampai di sungai. Jalanan
berbatu dan turunan tajam telah menanti. Tapi semua kesusahan itu seakan hilang
jika kita telah melihat hijau air dari sungai Green Canyon.
Safety Equipment |
Tak sabar melihat kejernihan air,
kamipun langsung melompat terjun dari atas batu besar. Di titik inilah awal
petualangan kami menikmati arus di Green Canyon ini. Sungguh segar air jernih
yang mengalir disini. Kiri dan kanan tebing curam setia menemani kita. Sungguh pemandangan
yang luar biasa. Dibantu oleh 2 orang guide kamipun menyusuri green canyon ini
dengan mengikuti arus air yang tak begitu kuat. Menurut penuturan salah satu
guide, kita harus tau musim terbaik jika ingin berkunjung ke Green Canyon. Pada
saat kami datang pada musim kemarau seperti sekarang ini, air sungai menjadi hijau
tosca sangat indah tetapi debit air kecil dan tidak terlalu deras. Jika kita
datang pada musim penghujan air sungai berubah menjadi coklat dan debit air
menjadi tinggi dan semakin menantang.
Tak selamanya kita hanya
mengikuti arus sungai, ada kalanya kita harus menaiki batu batu besar untuk
mencapai sisi sungai lain yang terhalang batu ataupun terlalu berbahaya jika
kita melaluinya secara langsung. Kiri kanan di tebing terpancar air yang
langsung jatuh di tengah sungai, menjadikan sebuah aliran air terjun yang sangat
indah. Melaju kembali jeram jeram semakin menantang untuk kita lalui, terkadang
kaki dan tangan kita harus berbenturan dengan batu yang tajam. Diperlukan kecekatan
kita juga pada waktu mengarungi sungai ini terutama pada jeram jeram yang cukup
deras alirannya.
Mendekati titik akhir perjalanan,
penampakan alam semakin indah. Tebing kiri kanan semakin menyempit dan bebatuan
di sungai semakin besar dan menimbulkan jeram yang cukup memacu adrenalin kita.
Sungguh perasaan luar biasa saat kita terbawa arus dan terombang ambing di
dalam jeram jeram sungai. Luar biasa, kalian harus mencobanya sendiri. Di titik
akhir perjalan, terdapat batu yang menjulang sekitar 13 meter berbentuk seperti
jamur atau paying. Inilah yang disebut Batu Payung. Disini kita dapat merayap
di tebing untuk dapat berdiri diatasnya.
Dari atas batu ini kita harus
melompat kebawah untuk kembali. Titik akhir yang sangat mendebarkan terutama
bagi mereka yang takut akan ketinggian. Dari atas batu payung dan melihat
kebawah adalah kengerian tersendiri, nyali kita akan menciut untuk melaluinya,
sungguh tinggi di atas sini. Jika kita semakin lama berdiri diatas nyali kita
akan semakin ciut karena tetesan air terjun dari atas yang tepat mengenai tubuh kita. Apalagi ditambah dengan teriakan orang orang dibawah yang mungkin menakut nakuti sehingga nyali kita semakin citu saja rasanya. Maka segeralah saya
untuk melompat, tak sampai 2 detik saya sudah terjun kebawah. Tapi itu
merupakan 2 detik paling mendebarkan dalam hidup. Sesuai dengan petunjuk guide, kita harus melompat dengan gaya kaki lurus dengan badan agar waktu jatuh kita tetap aman dan tidak mengalami benturan yang terlalu keras dengan permukaan air.
Kolam Surga |
Sungguh perjalanan yang tak
terlupakan, beruntung sekali saya dapat mengunjunginya terlebih tempat seindah
ini berada di Negara kita Indonesia. Jadi bagi kalian segeralah bereskan barang
dan meluncur ke taman surga ini. Sebuah tempat yang harus kalian kunjungi
sebelum kalian mati.
11 komentar
wawwwwwwwwww.. COOLLLLLLLLL... keren yo tempatnya Mas..
ReplyDeleteKeren... kamu harus kesana :)
DeleteMantapsss jang..
ReplyDeleteKereeeenn....! Belum kesampaian ke Green Canyon nih... body rafting bayar berapa ya?
ReplyDelete200k untuk 5 orang mbak :)
DeleteItu tempat aku tinggal d kecamatan cijulang,masih bnyk lg lho wisata slain green canyon d cijulang
ReplyDeleteIya..masih banyak tempat wisata yang belom sempat kami eksplore di cijulang khususnya pangandaran, karena keterbatasan waktu
Deleteyuuk kita buka paket wisata ke sana, more info please call me on 085217578606 (yoga) 0r visit www,jharescorporation.blogspot.com
ReplyDeleteWah...cukup menarik kayaknya :)
Deletemaaf mas kalo boleh tau mas kesini bulan apa ya?
ReplyDeleteSetahun yg lalu kalo tidak salah mbak :)
Delete