Travelling

Asiknya Bermain Air Di Gili Noko, Bawean (3)

7/05/2018setapakkecil


Setelah sehari sebelumnya kami puas menjelajah daratan Pulau Bawean mulai dari Penangkaran Rusa, Danau Kastoba, hingga bermain “Cliff Jumping” di Tanjung Ga’ang. Kini saatnya kami melihat lebih dalam keindahan lautan yang ditawarkan di Pulau Bawean. Tepatnya di Gili Noko yang banyak disebut sebut orang sebagai salah satu surga yang ada di Bawean.

Berbeda dari hari pertama yang kami melakukan perjalanan kearah barat Pulau Bawean, hari ini kami menuju kearah Timur dimana pelabuhan penyeberangan menuju Pulau Gili Noko Berada. Dari kota Sangkapura berjarak 30 menit saja berkendara motor melalui jalur aspal mulus yang membentang.

Dari pelabuhan kecil ini kami menyewa sebuah kapal kayu kecil yang dapat menampung sebanyak 15 orang dengan harga 500 ribu untuk seharian penuh. Disini pun terdapat tempat persewaan alat snorkelling dengan harga 50 ribu seharian. Pelabuhan ini selain sebagai gerbang masuk wisata menuju Gili Noko ternyata juga menjadi pelabuhan penyeberangan untuk warga warga Bawean yang akan menyeberang ke Gili Noko, begitu juga sebaliknya.

Ombak pagi itu sangat tenang tanpa ada gelombang sedikitpun. Angin pun nampak berembus cukup pelan namun masih cukup menyejukkan. Perahu kecil kami pun melaju tanpa hambatan mendekat menuju Pulau Gili Noko. Memanfaatkan waktu aku yang duduk diburitan perahu langsung mengajak ngobrol sang juru mudi bernama Mas Rahmad.



Dari penuturannya ternyata Gili Noko itu adalah sebuah pulau yang berbeda. Yang satu bernama Pulau Gili adalah pulau berpenduduk dengan didiami sekitar 70 Kepala keluarga saat itu. Dan satu lagi adalah Pulau Noko yang merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang hanya terdapat hamparan pasir dan deretan cemara udang saja. Kedua pulau ini pun dari kejauhan sudah menampakkan wujudnya, walaupun nyaris bergandengan tapi ternyata masih terpisahkan oleh lautan.

“Saya dulu pernah ngantar Si Hamish Daud dan Vicky Notonegoro lho pas mereka disini” Celetuk Mas Rahmad sang juru mudi perahu kami saat itu di sela sela obrolan.

“Ahhh masaaa…!!” cibirku tak percaya menanggapi omongannya.

“Iya mass…dulu pas acara mtma kesini, mereka pada mau diving, mereka sewa kapalku ini mas…!”

“Mana fotonya coba?” sergapku kembali tak percaya

“Yahh dulu punya hape tapi gak ada kameranya mas…!” Sembari membuang muka menyesali keadaannya dahulu.

“Iyaa iyaaa mas, aku percaya kok…hahahaha, bercanda aja sih tadi”

“Kalau begitu anterin kami ke tempat terindah yang pernah mereka singgahi disini ya mas…!!! Seruku bersemangat.

“Siapppp laksanakan…!!!” Bibir kecilnya terkembang diantara wajah hitam terbakar sinar matahari itu.



Air begitu tenang, ombak hanyak berkecipak lembut disekitaran perahu, pantulan sinar matahari nampak begitu dapat langsung masuk ke dasar lautan karena air yang begitu jernihnya. Dari atas perahu saja kita sudah dapat melihat bagaimana indahnya karang karang yang ada di dasar.

3 – 5 meter saja kedalaman di spot sekitar Gili Noko ini. Melihat begitu jernihnya air disini kami pun seakan tak sabar untuk segera melompat kedalam air. Setelah masker dan snorkel terpasang dengan baik aku pun mencoba melompat untuk yang pertama.

Dan benar saja, dalam sekali selam aku sudah dapat melihat indahnya karang karang yang ada spot Gili Noko ini. Karang karang beragam ukuran nampak tersebar tak bercelah di dasar lautan ini. Kumpulan ikan ikan nampak bergerombol disekitar karang untuk mencari makan. Dan bisa dipastikan jika keadaan karang disini masih terjaga dengan baik.




“Kami penduduk Gili Noko sekarang mulai sadar dengan keberadaan karang karang disini mas..”

“Dulu banyak nelayan yang memakai potas dan bom, tapi setelah itu karang rusak dan ikan pun banyak yang hilang mas, maka dari itu sejak puluhan tahun lalu kami pun sadar dan mulai menjaga karang karang disini…” sedikit cerita dari Mas Rahmad.

Senang rasanya mendengar cerita dari Mas Rahmad apalagi ditambah dengan kecantikan bawah air yang bisa aku nikmati langsung.
Setelah puas di spot pertama kami kemudian menuju ke Spot kedua yang berjarak sedikit menjauh dari pulau dan langsung bertatapan dengan lautan lepas. Ombak pun nampak sedikit lebih besar namun masih dalam kategori aman untuk snorkelling.



“Disini jenis karang karangnya berbeda dari yang spot pertama tadi mas, tapi sebagian ada yang mati karena terpaan ombak besar disana”

“Oke mas, aku coba kedalam dan lihat yaa…, semoga bagus” timpalku

Setelah aku mencoba masuk kedalam dan sedikit berkeliling memang benar karang karang di spot kedua ini mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan spot pertama. Namun disini karang yang ada nampak banyak yang mati dan patah ditambah di beberapa sudut bisa dengan mudah aku temui sampah plastik.

Perasaan senang yang tadi ada kini menguap begitu melihat sampah plastik yang mengambang ngambang tepat di depan muka. Kenapa diperairan terpencil seperti ini masih mudah ditemui sampah plastik? apa semua ini dari kota kota diseberang nun jauh disana? Dan kenapa sebaran sampah plastik di lautan begitu massif hingga sampai di pulau pulau terpencil seperti Bawean ini?


Sampah Plastik
Puluhan pertanyaan hinggap di kepala. Ingin aku bersihkan dan bawa sampah sampah ini semua agar lautan ini bersih. Namun nampaknya aku dan kawan kawan tak sanggup untuk membersihkan banyaknya sampah di lautan lepas ini. Aku hanya bisa menghimbau kepada kalian semua agar mempunyai kepedulian terhadap lingkungan untuk tak membuang sampah sembarangan. Dari hal hal kecil pasti akan mempunyai dampak yang luar biasa. Stop buang sampah sembarangan dan kurangi penggunaan sampah plastik.

***

Setelah puas bermain main di dalam air perut pun terasa keroncongan, tanda minta untuk di isi kembali. Kami pun memutuskan untuk pergi ke Pulau Gili. Karena dari penuturan Mas rahmad, disana tersedia beberapa warung yang menyediakan menu seafood dengan harga terjangkau.

Begitu perahu merapat di dermaga aku dan kawan kawan langsung diantar Mas Rahmad menuju warung makan yang dimaksud. Dan benar saja disana tersedia bermacam macam ikan, kepiting, bahkan lobster. Bagi para pecinta makanan seafood tempat ini bagaikan surga, bisa bisa khilaf melihat ini semua, apalagi harga yang ditawarkan cukup murah. Sekilo kepiting bakau seharga 60 ribu/kg, dan yang fantastis adalah lobster jumbo yang hanya 200 – 300 ribu saja bandingkan dengan harga di Kota Surabaya yang dengan ukuran sama bisa seharga 1 juta lebih. Dan akhirnya kami pun memesan beberapa lobster, kepiting, dan ikan. Sungguh bahagia bisa makan besar dengan harga murah di tempat seindah Pulau Gili ini.




Dari Pulau Gili kita sudah dapat melihat dengan jelas Pulau Noko yang berpasir putih diseberang sana. Pasir putihnya terhampar luas dan memanjang hingga hampir menyatu dengan Pulau Gili. Namun kata Mas Rahmad masih perlu bantuan perahu untuk kesana karena air laut masih sedikit pasang.

Setelah matahari mulai condong ke barat kami pun segera merapat ke Pulau Noko. Kali ini perahu dinahkodai Bapak pemilik warung makan yang ternyata bapak kandung dari Mas Rahmad itu sendiri, pantas saja tadi direkomendasikan ke warung bapaknya. Tapi enak dan murah kok, recommended.




Hanya butuh 5 menit saja untuk menyeberang ke Pulau Noko. Begitu perahu merapat di pasir putihnya kamipun segera berlompatan. Sangat luas, putih, bersih, dan halus begitulah persepsi awal dari Pulau Noko. Dari tempat bersandar perahu hingga tengah pulau kita harus berjalan terlebih dahulu karena hamparan pasirnya yang terlampau luas.




Dari Pulau Noko ini terlihat di kejauhan Pulau Bawean yang berbukit bukit di seberang sana, dan disebelah kanan terlihat juga Pulau Gili dengan deretan rumah yang berjajar rapi. Tak ada pengunjung lain menjadikan pulau kecil ini bak pulau pribadi kami sore itu. Semilir angin lembut, dan udara cerah menjadikan perpaduan sore itu menjadi sore yang sempurna.




Menit demi menit berjalan matahari pun mulai condong untuk terbenam. Warna warna magis pun perlahan muncul menggantikan terik. Kami semua pun harus melangkah untuk kembali. Ada perasaan segan untuk kembali meninggalkan semua kedamaian di Pulau Noko. Tapi senja semakin mendorong kami untuk meninggalkan semua yang ada dan meninggalkan harap agar semua keindahan dan keasrian di Pulau Gili, Noko, dan Bawean tetap selalu terjaga sampai suatu saat nanti.

You Might Also Like

0 komentar

Followers

Contact Form