Travelling

Kalibiru Yang Tak Membiru

3/22/2016setapakkecil


Tiba tiba hujan turun dengan begitu derasnya begitu aku selesai memarkir mobil. Tak memandang hujan sebagai musibah namun aku selalu bersyukur dikala setiap hujan turun, karena selalu ada berkah yang dibawanya. Seperti hari ini di pagi hari yang diharapkan semua orang matahari bersinar cerah untuk mendukung aktifitas di hari libur ini namun nampaknya alam sedang berkata lain.


Itulah suasana pagi di kawasan wisata Kalibiru, Kulon Progo. Perbukitan menoreh pagi itu tampak berselimut mendung hitam pekat sehingga membuat perjalanan kami pagi itu harus diberhentikan sembari menunggu hujan reda.

Dan benar saja tak ada 20 menit hujan deras berlangsung, secara perlahan air yang tumpah dari langit pun semakin berkurang. Kabut tipis pun tampak perlahan hilang disapu angin dan yang tersisa hanyalah cuaca sejuk khas pegunungan. Dan kali ini nampaknya hujan benar benar membawa berkahnya untuk kami, para pejalan.

Melalui jalur yang cukup menanjak sebelum memasuki gerbang kalibiru, kami berenam yaitu aku, Fita, Lia, Yasmin, Gallus dan Mbak Dewi sangat bersemangat dalam melangkahkan kaki.

Memasuki pintu gerbang kalibiru kita diwajibkan untuk membayar retribusi karcis. Tak seberapa mahal dan tentunya pasti akan sebanding dengan panorama alam yang dapat kita nikmati di dalam sana.

Jalur Di Dalam Kawasan Kalibiru
“Wisata Alam Kalibiru” tulisan besar tampak melekat indah di salah satu dinding berpadu dengan ornamen pemanis bebatuan alam. Namun ada tulisan kecil dibawahnya “Dilarang Foto Di Dalam Area”, sebuah tulisan yang menandakan masih kurangnya kesadaran wisatawan untuk menjaga keindahan yang disuguhkan, yang mereka cari adalah sebuah pengakuan jika mereka pernah datang kesini dengan foto di tulisan ini tanpa memperhatikan keutuhan sekelilingnya.

Berjalan lebih jauh tampak di sisi kanan dan kiri berjejer sebuah rumah panggung tradisional terbuat dari bahan kayu. Aku hentikan langkah sejenak sambil mengamati bangunan rumah panggung ini sambil membayangkan betapa damainya bisa hidup di rumah sederhana di tengah alam yang masih asri seperti disini.

“Itu rumah panggung untuk disewakan mas” begitulah celetuk dari salah satu petugas yang sempat aku tanya. Sangat menarik jika kita ingin lebih menikmati alam Kalibiru lebih lama lagi dengan menginap di rumah panggung ini.

Jalan setapak di kawasan ini berada di antara pepohonan tinggi nan rindang, apalagi bekas hujan masih membawa bau khas dari tanah basahnya menjadikan suasana kala itu semakin menyejukkan.

Tak selang beberapa lama penampakan pohon yang mulainya berderet rindang mulai merenggang seiring dengan datarnya jalan setapak yang kami lalui. Dan nampaknya ini adalah dataran tertinggi yang ada di kalibiru.

Perbukitan Menoreh
Di depan kami pemandangan khas Kalibiru pun tersaji. Waduk sermo dibawah sana nampak berpadu manis dengan lereng perbukitan menoreh yang tampak kokoh dan tegar membentengi waduk sermo. Kabut tipis pun tampak sebagian masih menyelimuti puncak puncak yang tersebar di perbukitan menoreh.

Melayangkan pandangan lebih jauh akan nampak garis pantai selatan dari kabupaten Kulon Progo. Melihat lekukan dan garis pantainya yang memanjang bisa aku simpulkan pasti nun jauh disana tersimpan pantai pantai indah yang selama ini belum aku ketahui.

Kalibiru yang pada saat itu tak sebiru biasanya dan walaupun sinar matahari yang ada nampak temaram kalibiru pagi itu sungguh memikat hati kami.

Ini Dia Kalibiru
Tepat di puncak kalibiru ini terdapat beberapa pohon yang diatur sedemikian rupa oleh pihak pengelola, papan kayu di tancapkan tepat di tengah tengah pohon pinus yang berdiri tegap. Dibelakangnya waduk sermo dan perbukitan menoreh langsung terhampar tanpa ada satu pun yang menghalangi.

Dan keberadaan beberapa pohon inilah yang merupakan magnet terbesar untuk menarik wisatawan datang ke Kalibiru. Bagaimana tidak, siapa yang tak ingin berfoto di atas papan kayu di ketinggian dengan latar belakang indahnya perbukitan menoreh dan menariknya waduk sermo di bawah sana.

Waduk Sermo Dari Kejauhan
Semakin banyaknya minat para wisatawan untuk berfoto di spot ini, pihak pengelola pun mematok tarif Rp 15 ribu untuk 5 menit berfoto di spot pohon pinus ini. Pihak pengelola memasang perlengkapan safety kepada setiap orang yang naik ke pohon ini dengan tali karmantel dan carabiner. Kapasitas pengunjung yang ingin berfoto pun dibatasi hanya maksimal 2 orang saja. Semua ini semata untuk keselamatan pengunjung karena pohon yang terbilang tinggi dan posisi yang rentan untuk menyebabkan kecelakaan.

Ini Dia Tempat Paling Ngehits
Memang prosedur keselematan ini menjadikan siapa saja yang ingin berfoto di spot ini lumayan untuk harus bersabar untuk mendapatkan giliran, namun prosedur ini kembali untuk menuntut kegiatan wisata kita bisa berlangsung dengan aman dan nyaman.

Dengan keberadaan kalibiru ini membuat siapapun yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai satu lagi tempat alternatif untuk menikmati waktu berlibur. Dan dengan kalibiru saat ini banyak keindahan kulon progo yang mulai naik daun terutama tempat wisata di sekitaran kawasan wisata ini sebut saja, air terjun kedung pedut, air terjun kembang soka, dan puncak telomoyo.

Jadi bagaimana? Apakah Kalibiru menjadi destinasi wajib kalian jika datang ke Jogja?

Catatan:
  • Ikuti petunjuk dari Google Maps untuk menuju Kalibiru atau arahkan saja kendaraan kalian keluar kota Jogja menuju kota Wates, kemudian ikuti saja arah ke Waduk Sermo.
  • Datanglah pagi pagi sekali jika kalian ingin foto di spot pohon, karena jika terlalu siang maka antrian akan terlalu panjang terutama pada hari libur.
  • Berhatilah hatilah dalam berkendara karena ada beberapa titik jalan menuju kalibiru yang mempunyai kemiringan yang cukup berbahaya.






You Might Also Like

0 komentar

Followers

Contact Form